Victor Yeimo,
juru Bicara Internasional Komite Nasional Papua Barat (KNPB)
dihimbau Coba melihat kamu Orang Asli Papua (OAP) Semakin Habis secara
sistematis dan terstruktur oleh Klonial. belum lama tinggal di
Papua ini sedang melihat kamu terlena tetapi sesungguhnya kamu sedang
mati, bangsa kamu akan segera tinggal cerita.
Karena itu, saya hanya mau memberitahukan tanda-tanda
kematian masa depan anda secara pribadi dan bangsamu di masa depan. Saya
cukup beritahu dan anda sendirilah cari solusinya, apa solusi yang tepat atas
kondisimu, kondisi bangsamu?
Orang Papua kini punya satu musim baru. Musim yang tak banyak
saya jumpai di Jawa, bahkan dalam buku sejarah. Bukan hanya musim
matoa, musim kemarau atau musim mangga, musim muntaber untuk
anak-anak kalian.
Tapi musim baru kalian adalah musim kematian tiba-tiba.
Hari-hari, tidak hanya pimpinan gereja kalian saja yang mati tiba-tiba
tetapi lihatlah di sekeliling anda, banyak orang Papua mati
tiba-tiba. Tidak ada yang tahu pasti penyebab musim baru itu. Mereka
mati misterius.
Lanjut Yeimo, Kalian orang Papua kini punya satu penyakit
baru yang belum banyak dijumpai di dunia kedokteran modern. Penyakit itu
ialah penyakit "jatuh". Para pemimpin gereja kalian mati karena
penyakit "jatuh". Ini penyakit berbahaya.
Victor Yeimo, menyebut tanda-tanda orang Papua dan bangsamu akan
tinggal cerita diantaranya.
-Coba kalian, orang Papua renungkan, Pastor Nato
Gobay, jatuh tiba-tiba di kamar mandi dan meninggal. Itu setelah 30 menit
sebelumnya memimpin ibadah di salah satu gereja katolik KR Nabire Papua.
-Pastor Yulianus Mote, dikabarkan jatuh pingsang tiba-tiba di
bandar udara wamena saat berangkat dari Jayapura ke Wamena. Ia berobat ttp tdk
tertolong dan meninggal.
-Pastor Neles Tebay jatuh tiba-tiba di ruang kuliah di salah
satu kampus calon imam di Jayapura. Ia berobat dan tdk tertolong dan kemudian
meninggal.
-Kemudian, Uskup Timika, Mgr. John Philip Saklil jatuh di
halaman rumah uskup dan meningal. Ia meninggal setelah sebelumnya memimpin
misa.
Dengan demikian, orang Papua tahu bahwa mereka jatuh
karena mereka ini pimpinan umat dan informasinya disebarkan. Coba cari tahu dan
hitung sekeling anda, berapa orang lain lagi yang mati dengan model
ini. Banyak. Pungkasnya.
para pimpinan kalian mati misterius.
*Dalam sejarah yang saya pelajari, kematian pemimpin adalah
pukulan telak, ia adalah kematian sebuah komunitas, kematian
bangsa. Kematian pemimpin adalah duka panjang, bukan karena semata-mata
kehilangan fisik tetapi ia membawa pergi ide, gagasan, semangat,
dan visi yang bermakna.
Mereka yang meninggal saat ini adalah pemimpin gereja. Banyak
pemimpin kalian di birokrasi dan politik juga mati misterius, ada yang pelan
ada yang mati seketika. Kalian tahu, Arnold Ap, Theys
Elowai, Gubernur Salosa, Wospakrik, Agus Alua, dan anda pasti
tahu yang lain. Yang wajar adalah meninggal normal karena sakit atau sudah umur
tua.
Anda pasti Anda tahu mati berlumuran darah, pasti banyak
Ini misterius.
Katanya Orang Papua banyak Sarjana, doktor dan master yang
berlimpah. Ada tamatan luar negeri, ada tamatan dalam negeri dan ada yang
tamat di tengah realitas yang membunuh kalian di Papua.
Tetapi anehnya adalah kalian diam diatas masalah bangsamu
sendiri, sehingga Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) semakin
punah jika itu adalah penyakit. Pun
*Gelar kalian hanya di atas kertas, tak bisa buat apa-apa
untuk tanah airmu. Anda hanya urus perutmu, anda hanya urus
jabatanmu, anda terhanyut dalam rutinitasmu dan tepuk dada, bangga dgn
gelarmu.
Anda tidak menulis, anda tidak buat kajian, anda tidak
berjuang, anda jijik berada di jalanan untuk melawan, anda tidak menjadi
diplomat, anda tidak urus tanah adatmu, anda tidak mendidik
kaummu.
Itu artinya, anda memang ingin membiarkan bangsamu mati
atau gelarmu hanya di atas kertas dan tidak belajar sungguh untuk mengerti
realitasmu.
*Apakah anda sengaja ataupun tidak paham, yang jelas, saya mau
memberitahu bahwa, ketika orang sekolah (doktor, master, dan
sarjana) diam membisu maka itu tandanya bangsa itu sedang mati
pelan-pelan. Matinya aktivitas intelektual adalah matinya sebuah
bangsa.
*orang Papua lupa budaya. Budaya bukan sekedar pakaian
adat, tapi keseluruhan tatanan kehidupan: religi, sistem
politik, mata pencaharian, kesenian, peralatan,
bahasa, sistem dan pengetahuan.
Kalian gemgang erat segala yang baru datang. Lalu kalian
lupa diri dan terlena dan mereka ambil apa yang kalian tinggalkan.
Jangankan budaya, anda tinggalkan mamamu sendiri,
anda pergi kawin dengan yang putih. Yang putih dan semua yang datang dari luar
lebih baik. Itu cara anda membunuh mamamu, budayamu dan masa depan
bangsamu secara pelan tapi pasti.
* kalian pemalas dan hidup dari belas kasihan jadi Kalian, orang
Papua itu saya amati pemalas, duduk saja, cerita-cerita saja,
habiskan waktu. Jalan minta sana minta sini sama saudara lain, harap sana harap
sini. Setelah dapat uang habiskan saat itu juga, sisanya main judi,
togel. Uang habis jalan minta lagi ke saudara padahal sudah sarjana,
padahal sehat dan badan kuat, padahal hutanmu luas, tanahmu subur.
Ujarnya.
Satu pemuda bisa habiskan Uang 5 juta dalam satu Minggu. Uang
itu dapat dari mana, sedangkan ia tidak punya pekerjaan, tidak punya
kebun, tidak punya ternak? Jawabannya adalah ia dapat dari belas kasihan
orang lain dan judi, dadu dan Togel.
Saya ketemu dua pemuda di Kantor Gubernur. Tas mereka berisi.
Saya ajak cerita, apa yang mereka isi dan apa kerja mereka. Yang mereka
isi adalah proposal dan buku togel. Mereka begitu polos, saya amati
mereka keliling jual-jual proposal dari satu ruangan ke ruangan lain di kantor
gubernur. Mereka tidak bekerja, satu orang sarjana dan satunya
pemuda.
Satu kesempatan, saya dengan beberapa teman kami kerja
borongan di tanah Hitam. pendatang dua orang dan mereka anak Papua tiga orang.
Kami dibayar masing-masing orang Rp. 4.700.000. Satu minggu kemudian,
saya tanya.
masih adakah yang itu? Uang mereka sudah habis. Satu orang beralasan,
uang itu bayar siap adik. Satu lagi, bagi-bagi dengan keluarga.
Satu lagi yang parah, ia mengesal karena uang itu habis minum dan main
togel.
Tidak banyak orang Papua yang saya jumpai hargai proses dan
tekun serta hemat. Sebagian hanya mau cepat jadi dan kejar yang besar,
tidak ada usaha kecil, kecuali mama-sama yang jualan. Anak muda
takut jualan, jaga gengsi, jalan rapi-rapi tapi dompet kosong. Anehnya.
perempuan muda Papua hancur. Sore-sore, apalagi
malam minggu kota Jayapura penuh gadis belia Papua bercelana mini. Mulut
penuh pinang dan rokok di tangan.
Mereka berkelompok hingga larut malam. Mereka buat apa?
Mereka menunggu bookingan dari siapa saja yang mau ajak jalan, sekedar
minuman keras atau seks dengan bayar murah. Yang penting dapat
uang, entah 100 ribu. Ada yang anak sekolah dan ada yang sudah tidak
sekolah. Saya ajak ngobrol, mereka cerita dirumah tidak ada makanan
dan cari uang sekolah.
Jika perempuan hancur, bagaimana mereka akan
menikah, mengandung, melahirkan anak yang sehat dan mendidiknya menjadi
besar untuk gantikan pemimpin kalian yang sudah banyak mati. Bagaimana
mereka akan urus suami jika sdh hancur begini? Perempuan kuat, bangsa
kuat.
*orang tua malas tahu dengan pendidikan anak. Tidak ada budaya
belajar di rumah. Beberapa rumah di teman-teman Papua tidak ada meja
belajar untuk anak mereka. Satu kamar, anaknya dengan dua tiga orang tamu
dari saudara lain. Sore hari anak-anak tidak ada kebiasaan belajar di
beberapa rumah yang saya kunjungi. Makan malam larut malam sekali,
ada yang jam 9, anak yang paling kecil saudara tidur. Ayah dan ibu,
punya urusan masing-masing, tidak dampingi anak belajar.
Pada pagi hari, saya perhatikan di jalanan, tidak
banyak orang Papua yang antar anak ke sekolah. Padahal di rumah ada mobil dan
motor. Ada satu pejabat punya mobil dua dan motor ada satu di rumah tapi
pagi hari dia bagi uang sama anaknya. Dia tidak antar, anak jalan
sendiri, naik ojek. Ini bukan soal kasih uang tapi ini soal bagaimana
bentuk kasih sayang orang tua. Pendatang juga punya uang tapi mereka antar anak
mereka, lihat di lampu merah pagi hari. Bicara tuan tanah tapi tidak urus
pendidikan anak baik bagaimana mau jadi tuan rumah.
*kakak saya kenal banyak orang Papua yang menyebut diri
pengusaha tapi setelah saya tanya pengusaha itu artinya punya CV dan PT. Mereka
jalan cari proyek di Dinas-dinas, setelah dapat, kerja selesai dan uang
habis. Tidak ada yang buat unit usaha yang profit atau datangkan uang.
Ini beda dengan pendatang.
*jual tanah. Orang Papua jual tanah kepada kami. Kalian tdk
kontrakkan. Padahal kalian punya anak banyak. Anak-anak kamu akan ke
manakan kalau sudah kami kuasai semua.
*sekolah pinggiran dan kampus dan jurusan yang bisa cepat jadi
sarjana. Tidak banyak anak Papua yang masuk di sekolah bermutu. AnaknPapua
banyak saya jumpai di sekolah pinggiran, sekolah yg dpat nilai gampangan
dan masuk diperguruan tinggi yang biasa pada jurusan sosial semua.
Jadi, orientasi mencari nilai dan ijazah, tidak cari kemampuan otak
dan keterampikan untuk hidup kalian.
*Kampus sepi dengan mimbar akademik. Tidak banyak kampus di
Papua yang lakukan seminar atau aktivitas lain. Para dosen juga tidak
banyak yang menulis karya ilmiah yang terkait dengan bidang ilmu atas kondisi
rill di Papua.
*ruang ekspresi disumbat. Saya lihat hal berbeda di Papua
dengan di Jawa. Di sini, orang tidak boleh demo, langsung ditangkap
atau dibubarkan dititik aksi.
Jika saya tidak jumpa wartawan luar negeri di Papua.
Media di Papua saya tidak temukan bikin liputan yang berkualitas. Saya
menyebut majalah dinding sekolah/pemerintah.
*yang jual ikan kebanyakan orang Papua, yang jual
hasil kebun kebanyakan bukan orang Papua, yang tambang rakyat juga bukan orang
Papua, yang jual pinang juga sekarang bukan orang Papua, apalagi
kios atau toko.
*petinggi Papua di Jayapura kebanyakan hanya bicara saja di
media, tidak banyak aksi nyata. Tidak ada kepercayaan diri juga
padahal papua itu kaya dan punya posisi tawar dengan Jakarta yang sangat
tinggi.
*orang Papua terlalu dewakan kami pendatang. Dewa jadi diberi
apa pun, harga dirinya pun kalian berikan, kamu beri marga
dan angkat jadikan kepala suku, nobatkan jadi anak anaklah.
Lalu, di mana posisi kalian orang Papua di sana. Kalian itu
sebenarnya sedang bimbang.
*kalian orang Papua itu mudah dibeli dan tidak bisa bersatu dan
mudah diprovokasi, mudah dikotak-kotakkaan dengan istilah gunung dan
pantai sehingga kalian terhanyut dalam adu domba, lupa daratan tanah
besar Papua bahwa kalian adalah tuan tanah.
Sehinga kalian panas-panas tai ayam dan makan mentah ajaran
kasih. Tuhan musnahkan musuh Israel di laut merah.
Maka kalian, orang Papua tidak peduli dengan KNPB dan
ULMWP, padahal itu sarana perjuangan untuk pembebasan kalian dan bangsa
kalian. Kalian baku makan, kami tertawa. Ujarnya Victor Yeimo kepada
media YikauwoKebo. Ini kutip dalam akun Facebook Victor Yeimo.
Kalian tambah-tambah sendiri. Ada banyak tanda kalian ini
sesungguhnya akan segera tiada. Pikirkan dan renungkanlah
sodara.
Pewarta: Jubir internasional Victor yeimo
Editor: Meni dou/YKW
Tag :
OPINI
0 Komentar untuk "Jangan Terlena "Kau Papua", Bangsamu Sedang Mati!"