![]() |
FOTO ILUSTRASI |
Politik dalam pilkada seluru indonesia sedang berjalan, sama
seperti manusia yang tenggelam dalam tiga istilah budaya namun itu massa hilang
karena otologids tonggi.
Istilah Kegalauan Ontologis tersebut mengacu kepada keterbauran
atau hilangnya batas-batas antara "Ada Politik" dengan "Ada
Citra". Batas-batas ontologis keduanya mengalami persilangan sehingga dua
entitas tersebut kehilangan keaslian dan realitasnya. Dalam artian terjadi
hibriditas (kontaminasi) Politik oleh entitas-entitas yang berada diluar
dirinya.
Politik kehilangan makna ontologisnya tergantikan oleh kepalsuan
politik citra. Sama seperti manusia yang tenggelam dalam keumuman, budaya
massa, sehingga kehilangan otentisitas dirinya.
Ada politik (aktor, institusi, ruang publik) tenggelam dan
terbenamkan oleh Citra Politik (citra aktor, ruang publik maya/virtual) yang
berujung pada Imagologi Politik (Politik virtual/maya).
Fenomena seperti itu sangat mungkin dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi yang kian melaju. Dimana kebaradaan politik
sebagai sebuah entitas yang utuh bergerak menuju kepalsuan politik yang
dimediasi oleh teknologi informasi, sehingga yang ada bukan lagi presentasi
politik (kehadiran aktor) melainkan representasi aktor (aktor citra/aktor
virtual). Maka yang sampai pada khalayak bukan lagi realitas Politik melainkan
simulasi politik citra (Imagologi Politik).
Disinilah perlunya rasionalitas dan refleksi atas realitas,
dunia saat ini tidak lagi mengada dalam makna orisinalitasnya, apa yang tampak
sebagai realitas sejatinya adalah simulasi realitas (realitas teriuan). Namun
manusia saat ini lebih menyenangi dunia simulasi ketimbang realitas itu
sendiri, misalnya, "kebiasaan perempuan selfi dengan kamera 360 agar
kelihatan lebih cantik dan mulus". Itu salah satu dari sekian banyak
contoh Ekstase teknologi, dalam arti bahwa saat ini manusia lebih menyenangi
dirinya yang terwakili oleh citra ketimbang dirinya yang riel.
itulah gambaran politik hari ini, yang bergerak dan
tenggelam ke dalam citra, sehingga kebenaran politik tegantikan oleh kepalsuan
politik. Politik mengalami hibriditas, yakni perselingkuhan dengan berbagai
entitas diluar dirinya: perkawinan politik dengan seksualitas melahirkan
politik libido, perkawinan Politik dengan ekonomi melahirkan pasar politik,
perkawinan politik dengan hukum melahirkan ketidakadilan/penindasan politik,
perkawinan politik dengan teknologi melahirkan virtualitas politik (politik
tanpa kehadiran). Keseluruhan hasil persilangan itulah yang disebut "
transpolitika"
Itu menandakan bahwa narasi politik tidak lagi berdiri sendiri
melainkan selalu bersinggungan dengan narasi-narasi diluar dirinya: seperti,
ekonomi, hukum, budaya, teknologi, seksualitas dan dunia hiburan.
Persilangan-persilangan itu melahirkan kontaminasi (hibriditas) sehingga satu
entitas dengan entitas lainnya kehilangan entitas aslinya, kehilangan
eksistensi, lalu jatuh ke dalam jurang KEGALAUAN ONTOLOGIS. Sebuah dunia
abu-abu tanpa makna dan kepribadian. Itulah dunia kita saat ini, dunia
nihilisme, sebuah dunia tanpa tujuan.
Penulis: audeles dou
Tag :
POLITIK
0 Komentar untuk "POLITIK DALAM KEGALAUAN ONTOLOGIS"